Wednesday 20 September 2017

Persiapan sebelum uji kompetensi

Beberspa mahasiswa tidak dapat melakukan persiapan dengan baik, mereka kurang persiapan. Yang dimaksud dengan kurang persiapan adalah mahasiswa belum memiliki kesiapan mental dan keilmuan. Mahasiswa yang pintar belum tentu lulus secara otomatis, jika yang bersangkutan secara mental tidak siap untuk mengerjakan soal selama 3 (tiga) jam. Persiapan mental mutlak diperlukan, apalagi mahasiswa yaang pernah mengalami kegagalan di uji kompetensi sebelumnya. Tekanan mental yang dihadapi mereka jauh lebih kuat dibanding dengan yang baru pertama kali mengikuti uji kompetensi. 

Mahasiswa retaker atau mahasiswa yang pada ujian pertama (first taker) belum kompeten, mereka mengalami kecemasan dan risiko untuk gagal lebih tinggi dibanding dengan first takers. Mahasiswa retakers sudah hanya memiliki kesempatan untuk kompeten sebesar 5 – 16% dan secara nasional untuk first taker hanya kompeten sebanyak 40% an. Mahasiswa retaker harus diberikan kesempatan memperbaiki dirinya terlebih dahulu, karena yang bersangkutan memiliki kemungkinan tidak kompeten lebih tinggi. Bila perlu diikut sertakan lagi mengikuti try out, sehingga dapat diketahui bagaimana sebenarnya kekuatan dan kelemahan mereka. Setelah diketahui, barulah melakukan persiapan atau tindakan untuk menanggulangi masalah kemampuan mereka. Retaker tidak bisa diberikan intervensi secara general, akan tetapi harus diberikan secara mendalam. 

Filosofi tukang tambal ban dapat digunakan, periksa dulu keseluruhan baru tentukan masalahnya dimana. Seorang tambal ban akan memeriksa semua bagian ban, baru kemudian menambal yang bolong. Sama mahasiswa retaker disuruh mengkaji semua kemampuan melalui try out, baru kemudian berikan penguatan di tempat yang masih lemah. 

Selain kemampuan penguasaan materi yang harus diperhatikan, kemampuan menjaga kecemasan atau mengatasi masalah juga harus diketahui. Kecepatan menerima dan memahami kekurangan diri, merupakan cara terbaik untuk seseorang saat jatuh. Sama halnya orang yang gagal di uji kompetensi, mereka yang memiliki jiwa pantang menyerah, akan gigih memperjuangkan cita cita mereka.

Support system dari keluarga dan orang terdekat sangat diperlukan untuk mahasiswa yang mengalami kegagalan di uji kompetensi. Mereka mengalami penurunan harga diri, malu, di bully oleh teman temannya sebagai orang bodoh dan lain lainnya. Mereka perlu dukungan bukan hanya menambah ilmu pengetahuan tetapi penguatan mental, memberikan keyakinan bahwa mereka mampu melalui tahapan uji kompetensi. Dukungan tersebut akan menambah kepercayaan diri mahasiswa tersebut, sehingga mereka yakin dapat meraih predikat kompeten. 

Gabung dengan group telegram @infokanduru 

Dapatkan tips dan trik uji kompetensi..

Thursday 14 September 2017

Perlukah bimbingan untuk menghadapi uji kompetensi

Pada beberapa kesempatan mahasiwa dan dosen bertanya kepada saya terkait dengan perlunya bimbingan untuk mempersiapkan menghadapi uji kompetensi. Saya dengan tegas menjawab, TIDAK PERLU. Belum puas dengan jawaban saya, mereka kemudian bertanya lagi "tapi tingkat kelulusan kami rendah, dibawah 30%, kalau tidak ada bimbingan bagaimana kami bisa menaikan prosentase kelulusan?"

Atas pertanyaan ini saya jawab, "masalah perlunya bimbingan dan prosentase kelulusan rendah tolong dilihat dari berbagai aspek.
Pertama, hasil uji kompetensi merupakan perwujudan proses pendidikan selama di kampus, bukan proses sesaat, banyak yang terlibat, dari mulai pucuk pimpinan sampai dengan petugas kebersihan, artinya semua orang terlibat, jangan menyalahkan mahasiswa karena kesalahan bukan terletak pada mahasiswa, justru mahasiswa datang ingin diberikan yang terbaik dan kampus harus bertanggung jawab, jika mahasiswanya tidak kompeten, itu kulitas kampus dalam mendidik mahasiswa. Ibarat gini, singkong mau diapain tergantung koki, koki yang handal akan membuat singkong menjadi berharga, bukan malah prosesnya hanya dibakar, Padahal yang diminta oleh konsumen adalah singkong yang dipasak dengan berbagai tehnik, sehingga hasilnya tidak sesuai. Ini tentang bagaimana koki memasak! Kalau kemudian alasannya kan bahannya kurang baik! Begini, justru itu tugas koki untuk memilih bahan, kalau bahan kurang baik kan berarti usahanya supaya laku dipasaran yang harus benar benar!
Kedua, waktu kuliah selama 3-5 tahun sudah cukup untuk mendeteksi kemampuan dan kekurangan mahasiswa, sehingga kampus bisa melakukan perbaikan secara cepat sesuai dengan kurikulum.
Ketiga, hasil try out dapat menunjukan bagaimana kualitas dosen mengajar, secara individu atau tim, yang dinilai secara nasional dengan standar sama. Benahi dosennya juga tentu jangan lupakan kesejahteraan dosen, beban dosen ngajar di negeri lebih "ringan" daripada beban mengajarnya di swasta, di swasta banyak tugas tambahan lain seperti mencari dana. Walaupun tidak semuanya. Di negeri sudah ada dana, tinggal mengalokasikan.
Keempat, try out dan uji kompetensi memberikan penilaian real terhadap kualitas yang sebenarnya dari kampus, karena mengukur produk berupa kualitas lulusan.

Bimbingan di akhir hanya untuk persiapan menghadapi uji kompetensi memang baik, akan tetapi memberikan kualitas layanan yang baik, jauh lebih baik. Apalagi kalau bimbingan yang diberikan belum jelas kualitasnya, terutama soal, mengapa harus dibicarakan soal, soal itu yang biasa diberikan kalau ada pengkayaan, tapi apakah yang diberikan merupakan soal yang baik? Percuma belajar dengan soal kalau cara belajar mahasiswa tidak dirubah, memang soal yang diajarkan yang akan keluar di uji kompetensi?

Mari berpikir cerdas, kita tidak pernah tahu soal mana yang akan keluar, yang harus tahu adalah bagaimana menjawab soal, istilah kasarnya menembak jawaban dengan benar! Kalau menembak, berarti harus ada pelurunya, kalau pelurunya tidak ada bukan menembak! Peluru dalam belajar adalah kemampuan kognitif mahasiswa, jadi percuma ngisi atau nembak soal kalau otaknya kosong, apa yang mau ditembakan?

Isi peluru itu, mempersiapkan peluru itu, jangan mendadak baru mau perang baru dikasih, prajurit yang bagus bukan dicetak instant, mereka harus terus latihan, ada perang maupun tidak ada perang, latihan yang bagus akan memberikan kesempatan yang baik, sehingga pasukan tidak kocar kacir karena tidak ada peluru.

Kan lucu, mau ujian computer base test, sementara mahasiswa nya, bingung mengoperasikan komputer, ada? Ada!

Latihanlah sebelum perang, try out sebelum uji kompetensi yang sebenarnya, hasilnya lakukan evaluasi secara menyeluruh, buat kebijakan kalau aturan tidak ada! Berikan yang terbaik supaya mahasiwa kompeten. Orang tidak akan melihat proses, tapi yang dilihat hasilnya, sembunyikan proses yang berdarah darah tampilkan hasil yang cemerlang.

Kesimpulannya?

Kalau memaksa, maka pengkayaan wajib dilakukan demi masa depan anak bangsa yang sudah membayar mahal ke kampus!

Tuesday 12 September 2017

Retaker 8 kali pecah telur

Siang itu cuaca sejuk di kota saya tinggal, saya tahu hari ini pembukaan uji kompetensi untuk ners. Ada perasaah cemas, kalau kalau mahasiswa saya ga kompeten, setelah di cek ternyata mengecewakan, rombongan retaker dari kampus dimana saya pernah mengabdi, untuk diploma 3 parah ga ada yang kompeten dan untuk ners hanya 25% yang kompeten. Ini mahasiswa retaker, karena yang reguler belum bisa mengikuti uji kompetensi. 

Beberapa menit kemudian telegram saya mulai berbunyi, 75% menyatakan terima kasih atas arahan dan ebooknya.... dan banyak juga yang berterima kasih atas motivasinya! 

Mahasiswa yang membaca ebook saya tentunya sudah paham bagaimana menbaca soal, bagaimana menganalisis soal, bagaimana melakukan tembakan jitu, bagaimana kalau bertemu soal sulit, bagaimana cara membuat catatan efektif, bagaimana cara mengatasi kalut, bagaimana kalau ada masalah saat uji kompetensi. Mereka pasti paham! 

Saya sebagai mantan penulis soal dan reviewer pusat serta pengawas pusat uji kompetensi, tentu memahami apa yang menjadi kesulitan mahasiswa dalam mengerjakan soal, bagaimana soal dibuat sedemikian rupa, sehingga bisa membedakan mana yang kompeten dan mana yang tidak kompeten, saya pun memahami bagaimana membuat data utama dan data distraktor sehingga bisa menjebak mahasiswa yang tidak kompeten untuk memilih jawaban yang salah. Sangat bisa!

Sehingga pada saya berhadapan dengan mahasiswa dengan rekor 7 kali uji kompetensi dan masih harus berjuang ke 8, saya minta mahasiswa tersebut untuk mengirim contoh soal satu saja dari kampus mereka!  Dah.....yuhuuuu.... memang mereka belajar dengan soal "buruk", kadang kalau penulisnya disuruh menjelaskan ulang, saya yakin mereka tidak akan paham apa maksud tulisan mereka! Apalagi orang lain, yang buat saja bingung. Ini bahasa tulisan bagaimana mengungkapkan ide dengan baik dan pembaca harus secepatnya dapat memahami maksud dari tulisan tanpa harus mengerutkan alis, tanda tidak paham.

Kembali kepada mahasiswa dengan rekor 7 kali belum kompeten. Saya buka dia ternyata kirim pesan lewat telegram, saya sudah suudzon, mungkin dia gagal lagi....he he he astagfiruloalazim, maaf ya. Saya meremehkan orang lain, padahal saya selalu mengatakan, manusia tidak ada yang bodoh, kegagalan dalam ukom disebabkan karena kemalasannya saja, bukan karena kebodohannya! 

Alhamdulillah, dia berhasil kompeten, campur aduk antara gembirandan heran. 7 kali dia ukom dan baru ke 8 kali akhirnya status kompeten bisa didapat. Pecah telur! Apa rahasia nya? Saya nanya ke dia seperti itu. 

Dia katakan, "saya mengikuti apa yang bapak katakan, saya baca ulang setiap materi, saya buat tugas seperti yang bapak katakan, walau saya jarang ngomong, saya ikuti saran bapak, tip dan trik yang ada diebook. Saya buktikan bahwa saya bisa, bukan si bodoh lagi, saya bangun meyakinkan diri saya bahwa saya juga bisa"

Banyak yang dia ucapkan, terakhir di mengatakan "saya tidak pernah menyerah...". Saat itu saya mengatakan, luar biasa.... selamat! 

Kuncinya adalah pantang menyerah, kerja sebaik baiknya.... yakin! 



Tambahan:
Tak lama kemudian dari ujung Pulau Madura Scooterist dengan rekor retaker 7 kali kompeten! Salute, salam mesin sebelah kanan! 

Monday 11 September 2017

Retaker Uji Kompetensi

Retaker merupakan istilah untuk orang orang yang belum kompeten setelah mengikuti uji kompetensi sekali atau lebih. Seorang dengan status retaker tentu memiliki beberapa masalah diantaranya harga diri dan kepercayaan terjadap dirinya sendiri. Beban yang dirasakan akan lebih berat karena selain berjuang untuk menghadapi uji kompetensi, retaker harus berjuang mengatasi pengalaman yang tidak menyenangkan yang telah terjadi sebelumnya. Tentu ini membutuhkan energi yang tidak sedikit, sehingga tingkat kelulusan retaker menjadi rendah atau sekitar 5 - 16% saja. Ini yang menyebabkan angka kelulusan di uji kompetensi lebih banyak yang tidak kompeten, hampir 2/3 nya dibanding yang kompeten karena yang belum kompeten terus menerus mengikuti uji kompetensi ulang sebagai retaker. 

Beberapa penyebab seseorang menjadi retaker diantaranya:
  1. Nasib
  2. Kurang siap pengetahuan 
  3. Kurang siap mental 
  4. Sistem yang bermasalah 

Nasib
Beberapa orang memandang keadaan mereka pasti tidak terlepas dari nasib mereka sebagai manusia yang lemah. Sebagai manusia tidak dibenarka menggantungkan semuanya kepada nasib, kita wajib berusaha sebaik baiknya baru bertawakal atau berserah diri. Jika semua orang hanya bergantung pada nasib, maka didunia ini tidak akan ada pekerjaan, sekolah, dan lain lain. Akan tetapi terkadang sekuat apapun kita berusaha hasilnya, belum sesuai harapan kita, mungkin nasib lebih dominan daripada usaha, atau doa yang sengaja disimpan untuk sesuatu yang lebih baik dimasa mendatang. Disinilah wajibnya berdoa, karena hanya berdoa nasib kita dapat berubah. Sesuai dengan firmanNya, "berdo'alah kepadaKu, nanti akan Aku kabulkan".

Kurang siap pengetahuan
Uji kompetensi merupakan ujian yang menguji kemampuan mahasiswa secara kognitif, atau pengetahuan. Walau didalamnya bertanya tentang praktek, akan tetapi yang ditanyakan adalah kemampuan dalam melakukan secara teori. Bukan keterampilan dalam mengerjakan sebuah tindakan. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang mahasiswa dapat terlihat dengan mudah jika mereka mengikuti try out uji kompetensi yang diselenggarskan oleh asosiasi pendidikan, karena disana ada penjelasan berapa nilai yang didapatkan oleh seorang mahasiswa dan institusi. Kekurangan siapan pengetahuan dapat terlihat dengan mudah, dimana saja, apa saja, berapa kekurangnya, dimana kelebihannya, dimana kekuatannya. Dengan mengetahui kekurangan akan dengan mudah membuat rencana pembelajaran dan strategi belajar. Sehingga harapan akhir yaitu kompeten dapat terwujud.

Kurang siap mental
Beberapa mahasiswa mengalam kecemasan dari ringan sampai berat, yang dimanifestasikan dengan berkeringat dingin, degup jantung cepat, gelisah, bolak balik ke toilet, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengerjakan, gampang tersinggung, diare, asthma dan lain-lain. Beberapa dari mereka pun seakan bingung, seakan tidak pernah mendapatkan materi sehingga soal yang seharusnya bisa dijawab menjadi sangat sukar untuk dikerjakan. Saya pastikan bahwa uji kompetensi bukan hanya menilai kemampuan pengetahuan tapi dapat menilai bagaimana mereka memecahkan masalah selama mereka berada dalam tekanan. Tekanan itu datang dsri jumalah soal yang banyak, waktu yang terus berkurang, teman yang terlihat lancar walau belum tentu. Manajemen waktu sebelum dan selama ujian sangat diperlukan sehingga dapat mengurangi kecemasan.

Sistem yang bermasalah
Seseorang tidak kompeten bukan karena pengetahuan yang kurang, bukan karena mental yang lemah, akan tetapi karena sistem ujian yang bermasalah. Beberapa sistem yang dapat menyebabkan masalah diantaranya sistem yang tidak bisa mencatat atau mensaving hasil pekerjaan, listrik mati, genset tiba tiba bermasalah. 

Dari beberapa penyebab seseorang tidak kompeten tersebut ada beberapa yang bisa kita siasati untuk diatasi diantaranya kurang siap pengetahuan dapat diatasi dengan persiapan yang baik sesuai dengan kemampuan masing masing, persiapan mental dapat dilaksanakan dengan latihan dan ikut try out sehingga dapat membiasakan diri berada dalam tekanan. Selanjutnya untuk sisanya, kita hanya bisa berdoa semoga sistem ujian berjalan dengan baik dan nasib baik menghampiri kita. Berdoa adalah sejata orang beriman, berdoalah! 

------
Hendi Kanduru
IG @infokanduru
Twitter @infokanduru
Telegram @hendikanduru
Facebook kanduru corp

Group belajar di telegram https://t.me/bengkelkanduru

Anatomi soal uji kompetensi

Sebuah soal yang mungkin bisa jadi perhatian teman teman.

Seorang laki-laki berusia 44 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan batuk. Hasil pengkajian didapat ronchi pada  kiri dan kanan paru, produksi sputum banyak. Indeks masa tubuh 16, pucat, penggunaan otot bantu pernapasan, tampak lelah dan gelisah, pasien mengatakan sering mual dan tidak dapat tidur. TD 110/90mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi napas 28  x/menit, suhu 37,2oC.
Pertanyaan: Tindakan keperawatan prioritas pada kasus tersebut?
Pilihan Jawaban :
A. Membatasi aktifitas
B. Melatih batuk efektif
C. Melatih relaksasi nafas dalam
D. Memberikan makan sedikit tapi sering
E. Menganjurkan untuk istirahat sebisa mungkin


Coba perhatikan
A. Seorang laki-laki berusia 44 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan batuk. Hasil pengkajian didapat ronchi pada  kiri dan kanan paru, produksi sputum banyak. pucat, penggunaan otot bantu pernapasan, tampak lelah dan gelisah,

B. Indek masa tubuh 16, pasien mengatakan sering mual dan tidak dapat tidur.

C. TD 110/90mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi napas 28  x/menit, suhu 37,2oC.


A --> merupakan data utama
B --> data distraktor atau pengecoh,  data ditraktor merupakan data yang digunakan untuk menjebak mahasiwa yang tidak kompeten, untuk mereka yang tidak kompeten, semua pilihan dibarengi data, buktinya datanya ada dalam kasus atau vignettes. Mengapa ada data distraktor? Karena uji kompetensi harus bisa memilih mahasiswa mana yang kompeten dengan yang tidak. Pasti data distraktor dibuat sangat meyakinkan! Pasti!
C --> tanda vital yang PASTI menunjang ke A. Setelah tanda vital kadang disertai dengan nilai laboratorium, itu pasti menunjang ke data utama. Gak akan bohong!


Coba perhatikan dari susunan kalimat...
A dan C berada di awal dan akhir kasus
B di tengah tengah

Artinya---> masalah utama, data utama bisa ditemukan di A dan C!




Tapi kadang soal hanya ada A dan B,

Contoh...

Seorang ibu mengatakan anak berusia 17 tahun di bawa ke poli klinik penyakit syaraf dengan keluhan sering kejang kejang. Hasil pengkajian ibu mengatakan anaknya memiliki riwayat epilepsy, saat kejang mulut berbusa. Dalam melakukan aktivitas anaknya tidak terlepas dari pengawasan. Anak terlihat tidak mau bersosialisasi dengan orang lain, dia merasa malu dengan penyakit yang dialaminya.
Pertanyaan: Apakah masalah keperawatan prioritas pada kasus tersebut?
Pilihan Jawaban :
A. Cemas
B. Resiko injury
C. Kurang pengetahuan
D. Gangguan Harga Diri Rendah
E. Resiko tinggi tidak efektif jalan nafas

Penyebab Gagal di Uji Kompetensi

Salah satu penyebab kegagalan dalam uji kompetensi adalah mahasiswa menggunakan strategi belajar yang salah dalam mempersiapkan uji kompetensi. Terdapat beberapa strategi belajar yang salah diantaranya: 
  1. Terlalu menekankan kepada tanya jawab atau membahas soal-soal,
    sementara pemahaman terhadap materi sangat kurang.
    Jika terpaksa anda harus belajar dengan cara tanya jawab, lakukanlah! Itu lebih baik daripada anda tidak belajar sama sekali. Tapi, ingat buat catatan dari tanya jawab tersebut, terutama hal-hal yang belum anda mengerti, kemudian cari sumber bacaan dari masalah yang sedang dihadapi tersebut.
  2. Tidak memiliki dasar pemahaman yang kuat, tetapi memilih untuk diskusi yang akhirnya diskusi melenceng.
    Diskusi yang tidak didasarkan kepada kemampuan sendiri akan menyebabkan nilai anda tidak pernah naik, gunakan diskusi untuk meningkatkan pemahaman. Gampangnya tanya pada orang lain apa yang anda tidak mengerti atau tidak paham, tidak usah mendiskusikan sesuatu yang sudah anda mengerti, kecuali anda diminta untuk menjelaskan pemahaman anda tentang sebuah permasalahan.
  3. Membahas soal soal yang tidak terstandarisasi ukom, misalnya menggunakan buku soal yang mengacu kepada ujian perawat luar negeri. Banyak buku yang menjelaskan dan memaparkan soal-soal uji kompetensi, akan tetapi tidak semua buku menganut kepada kaidah penulisan soal yang sudah diberikan atau yang telah disepakati oleh panitia uji kompetensi nasional. Hati-hati dalam menggunakan sumber, lebih baik anda minta kepada dosen contoh-contoh soal yang sudah di review atau tanya orang yang pakar di bidang itu.
  4. Tidak memiliki catatan yang baik
    Tidak memiliki catatan merupakan kendala dalam belajar, sehingga tidak bisa mengetahui apa yang sudah dipelajari dan apa yang belum dipelajari. Buatlah catatan seringkas mungkin dengan metode yang telah teruji dapat meningkatkan pemahaman dalam belajar. Penulis menganjurkan anda untuk menggunakan mind map dari Tonny Buzzan. 
  5. Tidak pernah mengikuti try out.
  6. Trry out dapat dipergunakan secara inividu maupun institusi untuk menilai kemampuan saat ini. Gambaran hasil dari try out, dapat memberikan kemungkinan apakah anda akan kompeten atau tidak. Selain itu dari hasil try out dapay dipergunakan untuk melakukan perencanaan dalam belajar secara individu. 


Sunday 10 September 2017

Log in di Uji Kompetensi

Disiplin, tepat waktu merupakan kunci keberhasilan kita. Disiplin dalam uji kompetensi mutlak diperlukan. Allah SWT tidak salah telah bersumpah demi waktu atau masa, itu sangat benar sekali, jangan sekali kali anda telat datang ke tepat:

Briefing
Sehari sebelum ujian dimulai, peserta wajib melaksanakan briefing, sebenarnya bukan hanya peserta. Pengawas lokal pun harus melaksanakan briefing. Bagi yang tidak mengikuti briefing (peserta atau pengawas lokal) tidak diperkenankan untuk mengikuti uji kompetensi keesokan harinya. Briefing dilakukan oleh pengawas pusat (PP), yang di tunjuk oleh panitia untuk bertanggung jawab disebuah TUK/CBT.
Banyak kejadian mahasiswa atau pengawas tidak mengikuti briefing karena mereka pernah menjadi peserta atau pengawas sebelumnya. Ini salah, semua wajib mengikuti briefing. Karena saat briefing akan di cocokan identitas peserta dengan data yang ada dari pusat. Saat brifieng pun mahasiswa bisa mengoreksi nama, andaikata mengalami salah pengetikan atau kurang lengkap.
Bagaimana yang datang terlambat saat brifieng dilaksanakan, ada dua kemungkinan
1. Dianggap tidak briefing
2. Diberi kesempatan untuk mengikuti briefing susulan (hak pengawas pusat untuk melaksanakan briefing susulan atau tidak)

Saat Ujian
Saat brifing saja mahasiswa harus disiplin tepat waktu, apalagi saat ujian berlangsung.
Di uji kompetensi  dengan menggunakan CBT, mahasiswa harud datang sebelum log in yang kedua.

Login yang pertama adalah login latihan. Login ini dilakukan untuk membiasakan diri mengenal komputer, mengatur kursi, mengatur pencahayaan, dan mencoba apakah mouse bagus atau tidak serta melihat dan mencoba ikon ikon yang tersedia. Login yang pertama ini memiliki durasi selama 3 menit saja.

Sementara itu login yang kedua pada uji kompetensi merupakan login ujian atau log in untuk ujian yang sesungguhnya, dengan waktu sekitar 180 menit.

Sehingga datanglah sebelum waktu ujian dimulai, biasanya peserta diminta hadir untuk melakukan absensi satu jam sebelum ujian dimulai.
Untuk sesi pagi bisanya dimulai jam 8.30 WIB dan peserts harus hadir jam 7.30, sedangkan sesi kedua dimulai jam 13.00 sehingga peserta harus datang pada pukul 12.00 WIB.

Ebook Tip dan trik Uji Kompetensi

Sebagai mantan penulis soal uji kompetensi di Dikti dan mantan Reviewer Pusat soal uji kompetensi saya mencoba membuat ebook dengan judul Tip dan Trik Uji Kompetensi.

Bagi yang memerlukan dipersilahkan untuk menghubungi saya:

Di telegram @hendikanduru
Gabung di group telegram  https://t.me/bengkelkanduru
Di email kanghendi1@gmail.com

Belajar dari soal soal, Percuma?

Belajar untuk persiapan ukom dianggap percuma? Wah masa? Kok bisa seperti itu? Jadi harus bagaimana?

Jawaban saya pada teman-teman yang penasaran sebagai berikut:

Ukom itu tidak harus belajar khusus apabila proses pendidikan di kampus berkualitas, tidak usah! Karena sejatinya jika ada kampus dengan tingkat kelulusan rendah, itu menunjukan kualitas kampus yang rendah. Tidak usah berpanjang panjang debat, itu adalah hasil yang nyata, dengan standar yang sama, hasilnya seperti itu. Hasil ukom merupakan hasil akhir proses pendidikan yang diselenggarakan oleh sebuah kampus! Yang harus dilakukan oleh kampus adalah berbenah, cek semua mata kuliah berdasarkan hasil try out. Dari hasil try out bisa kelihatan mana dosen yang ngajarnya bener siapa yang tidak! Evaluasi semua! Hasil ukom merupakan hasil karya sekampus bukan hasil karya mahasiswa saja!

Dengan membiarkan mahasiswa belajar dari soal soal apakah itu dari kampus atau bukan, sama dengan menjerumuskan mahasiswa, mengapa? Soal yang dibahas belum tentu soal yang standar ukom, belum tentu sudah direview, belum tentu soal yang bagus. Begitu pula dari buku yang beredar dipasaran, belum tentu menggunakan soal yang baik, yang sesuai dengan standar ukom.

Membiarkan mahasiswa belajar dengan soal soal yang tidak jelas, sama dengan seorang petinju akan tinju melawan petinju profesional tapi latihan dengan petinju amatir. Memang pasti bisa menang dengan petinju amatir, tapi belum tentu dengan petinju profesional. Bisa saja dari try out kampus bisa kompeten karena soalnya dibawah standar, tapi pada saat uji kompetensi yang sesungguhnya mahasiswa tidak kompeten.

 Jadi belajar dengan baik sesuai kurikulum yang ada, dan proses pendidikan yang bagus, cukup untuk membuat mahasiswa kompeten, tidak perlu ada pengkayaan, bimbingan belajar dan sejenisnya. Tapi kalau kampusnya berkualitas! Kalau tidak? Berjuanglah supaya bisa kompeten, karena sertifikat kompetensi yang bisa menjadi jaminan masuk ke dunia kerja sebagai syarat mendapatkan STR.

Kalau kamous tidak mengerti dan memahami membuat soal yang standar, ada baiknya mendatangkan  pakar untuk melakukan workshop item development tentang penulisan soal. Ini sangat penting supaya mahasiswa diberikan soal soal dari kampus yang baik. Pengalaman membuktikan bahwa soal soal yang dibawa dari regional itu tidak semuanya di terima oleh pusat, hanya sekitar 20-30% saja yang diterima, artinya dari 1000 soal yang di review hanya 200 - 300 yang masuk ke kategori baik.

Belajar untuk uji kompetensi memerlukan soal baik, yang memiliki standar yang sesuai dengan soal uji kompetensi. Jika tidak tunggulah keberhasilan mahasiswa pasti rendah. Semoga kampus dapat menyiapkan soal yang baik demi mahasiswanya.

Ukom bukan hanya mengukur mahasiwa tetapi uji kompetensi juga mengukur kualitas kampus!

Saturday 9 September 2017

Soal Buruk alias Jelek

Contoh Soal Uji Kompetensi Yang Tidak Memenuhi Standar Penulisan Soal

Seorang laki-laki berusia 39 tahun dirawat di ruang UGD dengan paska kecelakaan lalu lintas. Hasil pengkajian didapatkan keluarga mengatakan pasien terjatuh dari sepeda motor, sempat tidak sadarkan diri, keluar darah dari telinga serta hidung, muntah setelah kejadian. Terdapat luka terbuka di daerah paha, darah rembes ke pembalut, GCS: E3V4M4. TD: 100/75 mmHg, Frekuensi nadi 95x/mnt, frekuensi napas 25x/mnt, suhu 37,3C. 

Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?

Pilihan jawaban:
a. Pola napas tidak efektif 
b. Resiko infeksi
c. Intoleransi aktivitas
d. Kekurangan volume cairan
e. Gangguan perfusi jaringan cerebral

Terdapat beberapa alasan mengapa soal ini tidak memenuhi syarat untuk dimasukan ke uji kompetensi diantaranya:
  1. Pilihan distraktor tidak semuanya dilengkapi dengan data, contoh resiko infeksi tidak memiliki data yang kuat, Intoleransi aktivitas tidak memiliki data penunjang, kekurangn volume cairan tidak di dukung data. 
  2. Pilihan langsung menjurus ke jawaban, dengan demikian soal mudah ditebak mana jawabannya. 

Dilihat dari materi soal tersebut sudah sesuai dengan kompetensi perawat, perawat selalu menemukan kejadian cidera kepala di ruang igd, dengan tanda yang sama seperti pada soal. Bagaimana apakah anda pernah punya pengalaman mendspatkan soal seperti itu? Jika anda mendapatkan soal seperti ini, jangan pernah digunakan 

Bagaimana soal yang mendekati standar? 

Seorang laki-laki berusia 39 tahun dirawat di ruang UGD dengan paska kecelakaan lalu lintas 3 jam yang lalu. Hasil pengkajian didapatkan keluarga mengatakan pasien terjatuh dari sepeda motor, sempat tidak sadarkan diri, keluar darah dari telinga serta hidung, muntah setelah kejadian. Terdapat luka terbuka di daerah paha, darah rembes ke pembalut, pasien gelisah, pucat, GCS: E2V3M3. TD: 100/75 mmHg, Frekuensi nadi 105x/mnt, frekuensi napas 26x/mnt, suhu 37,5C. Hb 7gr/dl. Leukosit 9000m3. 

Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?

Pilihan jawaban:
a. Pola napas tidak efektif 
b. Resiko infeksi
c. Intoleransi aktivitas
d. Kekurangan volume cairan
e. Gangguan perfusi jaringan cerebral


Dalam soal ini, semua pilihan atau option didukung oleh data, sehingga semua pilihan memiliki peluang untuk dipilih. Mahasiswa yang kompeten akan memilih "e. Gangguan perfusi jaringan cerebral" akan tetapi mahasiswa yang tidak kompeten akan memilih jawaban lain, atau merasa semua jawaban benar. Ke empat jawaban selain pilihan utama dinamakan distraktor atau pengecoh! Pengecoh sengaja dibuat untuk dapat membedakan antara mahasiwa yang kompeten dengan mahasiswa yang tidak kompeten. 

Anatomi Soal


Soal dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memisahkan mana yang kompeten mana yang tida kompeten.

Secara umum soal dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu 
  1. Vigneteataukasus
    Jumlah kata dalam vignete sebanyak 20 – 60 kata, rata-rata 40 – 50 kata. Kata ini disusun dari mulai:
    1.
    Identitaspasien:seorangperempuan/laki-lakiberusiaxtahun.
    2.
    Tempat perawatan (rumah sakit, puskesmas atau masyarakat dan
    keluarga)
    3.
    Keluhan saat ini; harus menjadi fokus perhatian, karena dari keluhan
    akan diketahui apa yang menjadi masalah utama atau prioritas.
    4.
    Data yang menunjang keluhan, data ini memiliki hubungan langsung dengan keluhan atau masalah utama, atau merupakan tanda dan gejala tambahan dari keluhan. Contoh: jika keluhannya nyeri, maka data yang menunjang terhadap keluhan dimulai dari, hasil pengkajian didapatkan nyeri menjalar ke lengan kiri, dagu dan ke punggung, nyeri terasa
    menusuk, dengan skala 5 (0-10).
    5.
    Data distraktor, merupakan keluhan yang menyertai keluhan atau
    masalah prioritas. Contoh, jika pasien datang ke pelayanan kesehatan karena nyeri dada, maka yang dimaksud dengan keluhan yang menyertainya misalnya pasien gelisah, tidak bisa tidur, selalu bertanya tentang penyakitnya dan lain lain.
    6. Tanda vital, ditujuan untuk mendukung keluhan utama atau masalah prioritas, jarang ditujukan kepada data distractor. Tanda vital pasti disesuaikan dengan kondisi keluhan yang akan menjadi data prioritas.
    7. Pemeriksaan penunjang lainnya (pemeriksaan penunjang biasanya ditujukan atau digunakan untuk memperkuat keluhan dan data keluhan utama, menunjukan diagnosa medis, dan yang paling penting tidak pernah atau jarang ada nilai laboratorium dan pemeriksaan lain untuk mendukung data atau pilihan distraktor).

  2. Pertanyaan
Adapun pertanyaan dapat terdiri dari:
  1. Tidakanpengkajianyangharusdilengkapi;apakahtindakanpengkajian lainnya pada kasus tersebut? Apakah pemeriksaan reflek yang penting pada kasus tersebut? Apakah pemeriksaan utama pada kasus tersebut?
  2. Masalah prioritas atau utama; apakah masalah utama/prioritas pada kasus tersebut? 

    1. Diagnosa keperawatan; apakah diagnose keperawatan utama/prioritas pada kasus tersebut?
    2. Rencana tindakan keperawatan: apakah rencana tindakan prioritas pada kasus tersebut?
    3. Pelaksanaan tindakan keperawatan; apakah tindakan prioritas pada kasus tersebut? Apakah selanjutnya pada kasus tersebut?
    4. Evaluasi;apakahevaluasikeperawatanprioritaspadakasustersebut?
    5. Pendidikan kesehatan; apakah pendidikan kesehatan prioritas pada
      kasus tersebut?
    6. Persiapan pasien pulang; apakah yang harus dipersiapkan pada kasus
      tersebut?
    7. Tindakan yang spesifik pada kasus tersebut; apakah tindakan yang
      harus dilakukan pada kasus tersebut? Misalnya pasiennya gangrene, maka tindakan yang spesifik adalah merawat luka, debridement, nekrotomi.
    10.Pemeriksaan yang harus disiapkan; apakah pemeriksaan laboratorium yang harus disiapkan pada kasus tersebut?
    11. Aspek etik yang terkait dengan kasus tersebut; apakah prinsip etik yang dilanggar oleh perawat? Apakah prinsip etik yang terjadi pada kasus tersebut?

    c. Jawaban
    Pilihan jawaban menganut prinsip satu jawaban terbaik, dan 4 jawaban distraktor. Jawaban dan distractor memiliki data yang terdapat dalam kasus. 

    Jawaban dan distractor dibuat mirip, masuk logika, didukung oleh data, memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih oleh pererta ujian. Ini pun merupakan kesengajaan, supaya dapat memisahkan mana yang kompeten dan mana yang tidak kompeten. 
    Bagi orang yang kompeten akan dengan sangat mudah menemukan jawaban, akan tetapi bagi yang tidak kompeten semua jawaban dirasakan benar. 

MENGAPA BANYAK YANG GAGAL DALAM UJI KOMPETENSI



“Segala sesuatu tergantung dengan niatnya, dan Allah SWT tergantung prasangka hamba-Nya.”

Uji Kompetensi merupakan tahapan akhir bagi seorang perawat dari D3 maupun Ners untuk mendapatkan kualifikasi kompeten. Uji kompetensi ini yang selanjutnya di sebut dengan ukom, merupakan momok yang sangat menakutkan bagi setiap orang yang akan menghadapinya terutama bagi mahasiswa yang tidak memiliki persiapan. 

Pada tahun 2016 sebanyak 7 ribuan saja yang kompeten dari 21 ribuan yang mendaftar pada ukom terakhir. Layaknya sebuah pertempuran yang harus dimenangkan maka seorang prajurit yang akan maju ke medan perang, mereka harus melakukan persiapan sebaik mungkin, jika tanpa persiapan, tentu hanya mengantarkan nyawa di medan pertempuran. Begitu pula mahasiswa, andaikata tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi ukom, sama dengan buang-buang tenaga dan dana serta kesempatan.

Apakah benar banyak mahasiswa tidak memiliki persiapan saat mau ujian? Secara kasar sebagian besar mahasiswa tidak memiliki persiapan. Akan tetapi jika ditelisik lebih dalam sesungguhnya mereka sudah melakukan persiapan. Persiapan yang dilakukan berupa belajar selama 3 tahun untuk D3 dan 4-5 tahun untuk Ners. Jika mahasiswa selama itu untuk mempersiapkan ukom, tetapi mengapa banyak mahasiswa yang gagal dalam uji kompetensi?

Tentu sangat menarik jika kita mencari tahu mengapa banyak sekali yang tidak kompeten, dan pertanyaan yang harus kita jawab bersama adalah apakah kualitas pembelajaran atau perkuliahan diseluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia sama? 


Bagi pendidikan tinggi yang sudah hebat dan memiliki akreditasi yang ungul, ukom tidak jadi persoalan, karena mereka sudah memiliki kualitas perkuliahan akademik maupun praktek yang sangat baik. Sehingga tidak jarang mahasiswa mereka lulus 100%. Kebalikannya bagi pendidikan yang tidak memiliki qualifikasi sebaik pendidikan tinggi yang besar, ukom merupakan monster yang menakutkan, sehingga ada perguruan tinggi yang kelulusannya 0%.

Terdapat hubungan antara akreditasi perguruan tinggi dengan tingkat kelulusan mahasiswa di ukom, Rata-rata kelulusan institusi dengan dengan akreditasi A adalah 85%, akreditasi B rata-rata kelulusannya 65% dan institusi dengan akreditasi C rata- rata kelulusannya 45% (Masfuri, 2017).

Tingkat kelulusan uji kompetensi sangat berpengaruh terhadap nilai akreditasi sebuah perguruan tinggi. Tingkat kelulusan ini menjadi bagian dari penilaian sebuah perguruan tinggi. Tingkat kelulusan lebih dapat menggambarkan bagaimana kualitas pembelajaran di banding akreditasi, selain itu juga dapat motret kualitas proses akademik yang berlangsung.
Tentu bukan tindakan bijaksana saling menyalahkan dan saling menyalahkan atas kegagalan di mahasiswa yang mengikuti ukom.

 Dibawah ini terdapat beberapa penyebab mengapa mahasiswa gagal dalam ukom.


  1. Nasib
Jika sudah berbicara nasib kita sudah tidak bisa ngomong apa-apa lagi, akan tetapi kadang nasib tidak bisa kita hindarkan.
Misalnya, seorang mahasiswa yang rajin dikampus. Dia mengejakan soal dengan baik, Allah SWT, berkehendak bersangkutan tidak bisa melakukan saving otomatis. Diakhir ujian semua hasil pekerjaan dia tidak ada satupun yang tersimpan di sistem. Apa yang terjadi kemudian adalah mahasiswa tersebut ujian ulang. Hasilnya sudah bisa dibayangkan, stress, cape, tidak focus. Mahasiswa itu gagal. Apakah hanya dia yang gagal saving? Ya, mahasiswa lain yang satu sesi dengan dia, tidak ada masalah dengan system. Disinilah perlunya berdo’a, kita tidak pernah tahu apa yang akan kita hadapi. 



  1. Kurangpersiapan
    Yang dimaksud dengan kurang persiapan adalah mahasiswa belum memiliki kesiapan mental dan keilmuan. Mahasiswa yang pintar belum tentu lulus secara otomatis, jika yang bersangkutan secara mental tidak siap untuk mengerjakan soal selama 3 (tiga) jam.

  2. Berlatihdengansumberyangkurangtepat
    Dalam menjawab soal ukom mahasiswa perlu latihan mengenal soal-soal yang baik yaitu yang memiliki standar yang sama dengan soal yang akan mereka hadapi di ukom nanti. Akan tetapi pada kenyataanya tidak semua mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk berlatih dengan soal seperti itu. Mereka banyak berlatih menggunakan sumber yang kurang tepat. Apa yang dimaksud dengan sumber kurang tepat? Yang dimaksud dengan sumber yang kurang tepat adalah belajar belajar dengan menggunakan soal-soal yang belum di review atau menggunakan buku yang tidak menggunakan standar penulisan yang telah ditentukan.

  3. Sombong
    Mengecilkan atau memandang remeh ukom merupakan tindakan yang sombong. Contoh; datang dengan menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan standar ukom, dan hasilnya disuruh pulang oleh pengawas.

  4. KurangPercayaDiri
    Kita kadang mendapatkan kenyataan, mahasiswa A terkenal pintar di kampusnya, IPK nya tinggi, akan tetapi tidak lulus saat ukom. Salah satu penyebabnya adalah kurang percaya diri, mudah gugup. Apalagi tempat uji kompetensinya tidak dikampus sendiri. Yang diperlukan untuk menghadapi ukom bukan hanya kemampuan keilmuan akan tetapi lebih banyak kepada kemampuan mengelola stress yang dihadapi.

  5. Tidakmengetahuicaramembacasoal
    Soal dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memisahkan mana yang kompeten mana yang tida kompeten.

Etika dalam Keperawatan

Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, ...