“Segala sesuatu tergantung dengan niatnya, dan Allah SWT tergantung prasangka hamba-Nya.”
Uji Kompetensi merupakan tahapan akhir bagi seorang perawat dari D3 maupun Ners untuk mendapatkan kualifikasi kompeten. Uji kompetensi ini yang selanjutnya di sebut dengan ukom, merupakan momok yang sangat menakutkan bagi setiap orang yang akan menghadapinya terutama bagi mahasiswa yang tidak memiliki persiapan.
Pada tahun 2016 sebanyak 7 ribuan saja yang kompeten dari 21 ribuan yang mendaftar pada ukom terakhir. Layaknya sebuah pertempuran yang harus dimenangkan maka seorang prajurit yang akan maju ke medan perang, mereka harus melakukan persiapan sebaik mungkin, jika tanpa persiapan, tentu hanya mengantarkan nyawa di medan pertempuran. Begitu pula mahasiswa, andaikata tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi ukom, sama dengan buang-buang tenaga dan dana serta kesempatan.
Apakah benar banyak mahasiswa tidak memiliki persiapan saat mau ujian? Secara kasar sebagian besar mahasiswa tidak memiliki persiapan. Akan tetapi jika ditelisik lebih dalam sesungguhnya mereka sudah melakukan persiapan. Persiapan yang dilakukan berupa belajar selama 3 tahun untuk D3 dan 4-5 tahun untuk Ners. Jika mahasiswa selama itu untuk mempersiapkan ukom, tetapi mengapa banyak mahasiswa yang gagal dalam uji kompetensi?
Tentu sangat menarik jika kita mencari tahu mengapa banyak sekali yang tidak kompeten, dan pertanyaan yang harus kita jawab bersama adalah apakah kualitas pembelajaran atau perkuliahan diseluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia sama?
Bagi pendidikan tinggi yang sudah hebat dan memiliki akreditasi yang ungul, ukom
tidak jadi persoalan, karena mereka sudah memiliki kualitas perkuliahan akademik
maupun praktek yang sangat baik. Sehingga tidak jarang mahasiswa mereka lulus
100%. Kebalikannya bagi pendidikan yang tidak memiliki qualifikasi sebaik pendidikan
tinggi yang besar, ukom merupakan monster yang menakutkan, sehingga ada
perguruan tinggi yang kelulusannya 0%.
Terdapat hubungan antara akreditasi perguruan tinggi dengan tingkat kelulusan mahasiswa di ukom, Rata-rata kelulusan institusi dengan dengan akreditasi A adalah 85%, akreditasi B rata-rata kelulusannya 65% dan institusi dengan akreditasi C rata- rata kelulusannya 45% (Masfuri, 2017).
Tingkat kelulusan uji kompetensi sangat berpengaruh terhadap nilai akreditasi sebuah perguruan tinggi. Tingkat kelulusan ini menjadi bagian dari penilaian sebuah perguruan tinggi. Tingkat kelulusan lebih dapat menggambarkan bagaimana kualitas pembelajaran di banding akreditasi, selain itu juga dapat motret kualitas proses akademik yang berlangsung.
Tentu bukan tindakan bijaksana saling menyalahkan dan saling menyalahkan atas kegagalan di mahasiswa yang mengikuti ukom.
Dibawah ini terdapat beberapa penyebab mengapa mahasiswa gagal dalam ukom.
Misalnya, seorang mahasiswa yang rajin dikampus. Dia mengejakan soal dengan baik, Allah SWT, berkehendak bersangkutan tidak bisa melakukan saving otomatis. Diakhir ujian semua hasil pekerjaan dia tidak ada satupun yang tersimpan di sistem. Apa yang terjadi kemudian adalah mahasiswa tersebut ujian ulang. Hasilnya sudah bisa dibayangkan, stress, cape, tidak focus. Mahasiswa itu gagal. Apakah hanya dia yang gagal saving? Ya, mahasiswa lain yang satu sesi dengan dia, tidak ada masalah dengan system. Disinilah perlunya berdo’a, kita tidak pernah tahu apa yang akan kita hadapi.
Terdapat hubungan antara akreditasi perguruan tinggi dengan tingkat kelulusan mahasiswa di ukom, Rata-rata kelulusan institusi dengan dengan akreditasi A adalah 85%, akreditasi B rata-rata kelulusannya 65% dan institusi dengan akreditasi C rata- rata kelulusannya 45% (Masfuri, 2017).
Tingkat kelulusan uji kompetensi sangat berpengaruh terhadap nilai akreditasi sebuah perguruan tinggi. Tingkat kelulusan ini menjadi bagian dari penilaian sebuah perguruan tinggi. Tingkat kelulusan lebih dapat menggambarkan bagaimana kualitas pembelajaran di banding akreditasi, selain itu juga dapat motret kualitas proses akademik yang berlangsung.
Tentu bukan tindakan bijaksana saling menyalahkan dan saling menyalahkan atas kegagalan di mahasiswa yang mengikuti ukom.
Dibawah ini terdapat beberapa penyebab mengapa mahasiswa gagal dalam ukom.
- Nasib
Misalnya, seorang mahasiswa yang rajin dikampus. Dia mengejakan soal dengan baik, Allah SWT, berkehendak bersangkutan tidak bisa melakukan saving otomatis. Diakhir ujian semua hasil pekerjaan dia tidak ada satupun yang tersimpan di sistem. Apa yang terjadi kemudian adalah mahasiswa tersebut ujian ulang. Hasilnya sudah bisa dibayangkan, stress, cape, tidak focus. Mahasiswa itu gagal. Apakah hanya dia yang gagal saving? Ya, mahasiswa lain yang satu sesi dengan dia, tidak ada masalah dengan system. Disinilah perlunya berdo’a, kita tidak pernah tahu apa yang akan kita hadapi.
-
Kurangpersiapan
Yang dimaksud dengan kurang persiapan adalah mahasiswa belum memiliki kesiapan mental dan keilmuan. Mahasiswa yang pintar belum tentu lulus secara otomatis, jika yang bersangkutan secara mental tidak siap untuk mengerjakan soal selama 3 (tiga) jam.
-
Berlatihdengansumberyangkurangtepat
Dalam menjawab soal ukom mahasiswa perlu latihan mengenal soal-soal yang baik yaitu yang memiliki standar yang sama dengan soal yang akan mereka hadapi di ukom nanti. Akan tetapi pada kenyataanya tidak semua mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk berlatih dengan soal seperti itu. Mereka banyak berlatih menggunakan sumber yang kurang tepat. Apa yang dimaksud dengan sumber kurang tepat? Yang dimaksud dengan sumber yang kurang tepat adalah belajar belajar dengan menggunakan soal-soal yang belum di review atau menggunakan buku yang tidak menggunakan standar penulisan yang telah ditentukan.
-
Sombong
Mengecilkan atau memandang remeh ukom merupakan tindakan yang sombong. Contoh; datang dengan menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan standar ukom, dan hasilnya disuruh pulang oleh pengawas.
-
KurangPercayaDiri
Kita kadang mendapatkan kenyataan, mahasiswa A terkenal pintar di kampusnya, IPK nya tinggi, akan tetapi tidak lulus saat ukom. Salah satu penyebabnya adalah kurang percaya diri, mudah gugup. Apalagi tempat uji kompetensinya tidak dikampus sendiri. Yang diperlukan untuk menghadapi ukom bukan hanya kemampuan keilmuan akan tetapi lebih banyak kepada kemampuan mengelola stress yang dihadapi.
-
Tidakmengetahuicaramembacasoal
Soal dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memisahkan mana yang kompeten mana yang tida kompeten.
No comments:
Post a Comment