Tuesday 3 July 2018

Etika dalam Keperawatan

Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan masyarakat.
  1. Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan
  2. Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.
  3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
  4. Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
  5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
  6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
  7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
  8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

    Dalam berupa rekaman dapat di Akses di Klik Disini MP3

Tuesday 19 June 2018

Tip dan Trik Anti Gagal di Uji Kompetensi

Kegagalan yang menimpa meruapakan hal yang tidak pernah dibayangkan oleh seorang mahasiswa yang belajar selama beberapa tahun dengan mengorbankan sumberdaya yang dimiliki.

Untuk menghindari kegagalan seharusnya mahasiswa mempersiapan sebagai berikut.
1. Belajar yang baik, merupakan tugas seorang mahasiswa untuk belajar sebaik-baiknya. Belajar yang baik harus memiliki strategi, tidak cukup hanya mendengarkan atau mencatat tetapi harus dilakukan dengan cara menggunakan semua potensi dan indra yang ada. Tehnik belajar yang baik akan dijelaskan pada tulisan selanjutnya.
2. Pahami blueprint uji kompetensi, memahami blueprint uji kompetensi merupakan hal penting karena apa saja yang harus dipelajari ada di blueprint uji kompetensi ners dan perawat. Wajib memahami blueprint.
3. Latihan dengan soal standar uji kompetensi, tidak semua mahasiswa mempunyai dan menggunakan soal standar uji kompetensi untuk berlatih. Yang menyebabkan kaget saat uji kompetensi. Kaget karena penulisan soal, jumlah kata dan banyak jebakan serta jawaban dirasakan benar semua.
4. Belajar bersama setelah sebelum membaca materi yang akan dibahas, belajar bersama baik akan tetapi kalau belajar bersama tidak membaca materi yang akan dipelajari sama dengan buang buang waktu.
5. Mengikuti try out untuk mengukur kemampuan dan mengenal sistem serta menentukan strategi belajar.
6. Belajar dengan menggunakan buku sumber yang baik, tidak semua buku yang beredar memenuhi standar uji kompetensi
7. Minta soal yang sudah direview oleh dosen, tentu dosen memiliki contoh soal yang baik, karena biasanya dosen membuat soal uji kompetensi yang akan disetor ke bank soal wilayah dan nasional.

Kegagalan dalam ukom merupakan kegagalan pendidikan yang dilakukan selama ini. Pada seri pertama saya sudah menjelaskan apa yang harus dilakukan supaya terhindar dari tidak kompeten.

Beberapa triks dan tips yang bisa digunakan, untuk mengurangi kemungkinan gagal dalam uji kompetensi pada saat pelaksanaan yaitu
1. Patuhi tata tertib cara berpakaian, di uji kompetensi pakaian sudah ditentukan, dan diberitahu saat briefing.
2. Datang briefing sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Briefing dilakukan untuk mahasiswa dan pengawas lokal yang diberikan oleh pengawas pusat, sebagai perpanjangan panitia uji kompetensi. Briefing sifatnya wajib, yang tidak mengikuti briefing tidak diperkenankan untuk mengikuti uji kompetensi, baik untuk pengawas maupun untuk mahasiswa.
3. Datang ketempat ujian sesuai dengan waktu yang ditentukan. Waktu datang ke tempat ujian sejam sebelumnya. Walaupun di tata tertib disebutkan bahwa mahasiswa boleh masuk pada saat sebelum log in yang kedua, bagi yang menggunakan computer based test, akan tetapi akan lebih baik apabila datang lebih awal. Datang lebih awal memiliki keuntungan diantaranya, dapat istiraha terlebih dahulu, mengenal tempat ujian lebih dalam terutama bagi yang ujiannya tidak di kampus sendiri.
4. Datang sebelum log in kedua (pada ujian Computer Based Test), seperti yang sudah dijelaskan pada no sebelumnya.
5. Gunakan pensil 2b (pada ujian Paper Based Test), bawa pensil 2b lebih dari satu. Runcingkan kedua ujungnya. Sehingga jika tumpul masih ada ujung yang lain dan tidak kehilangan waktu. Jika memungkinkan, tannyakan kepada pengawas pusat, apakah menggunakan pensil mekanik diperkenankan? Jika diperkenankan bawalah, gunakan pensil mekanik, krn anda tidak akan kehilangan waktu untuk meraut atau menajamkan pensil dan pekerjaan biasanya lebih rapi.
6. Pastikan semua jawaban diisi, walaupun nembak. Menjawab soal semuanya memberikan peluang yang tinggi untuk mendapatkan nilai. Di uji kompetensi tidak mengenal pengurangan nilai kalau salah. Jadi isi semua, walupun anda harus menembak. Gunakan insting dalam menjawab, insting yang pertama biasanya benar. Jangan dirubah sampai anda yakin mendapatkan jawaban yang 100% benar.
7. Tandai jawaban yang masih ragu-ragu, yang ragu ragu dianggap sudah di isi. Pastikan anda mengganti soal ragu-ragu setelah mendapatkan keyakinan bahwa jawaban ragu ragu salah dan anda sudah mendapatkan jawaban yang benar.
8. Jika dalam 20 detik tidak bisa memahami maksud soal, segera pindah, terlalu lama pada soal yang tidak dimengerti, akan menyebabkan anda kehilangan waktu banyak, dan yang mudah akan anda lewatkan, dan yang paling penting anda akan mengalami kecemasan, karena kecemasan itu maka soal berikutnya yang mudah akan menjadi sulit.
9. Isi dulu jawaban yang mudah, mengisi yang mudah memberikan peluang rasa senang kepada diri anda dan menyebabkan stress berkurang.
Dapatkan tips triks uji kompetensi selanjutnya dengan gabung di channel telegram @infokanduru

Sunday 8 April 2018

Pertanyaan Yang Sering Di Ajukan Mahasiswa Tentang Uji Kompetensi


1.     Apakah bisa mendapatkan status kompeten dengan jalan belakang?

Tidak bisa, uji kompetensi dirancang untuk menentukan tenaga kesehatan yang memiliki kualifikasi minimal untuk menjadi tenaga kesehatan yang akan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Akan sangat berbahaya apabila orang yang tidak kompeten memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2.     Mahasiswa sudah melewati proses akademik dan atau profesi, dan sudah dinyatakan lulus secara institusi mengapa harus ada uji kompetensi lagi?

Memang benar mahasiswa sudah lulus dari institusinya, akan tetapi aturan menghendaki mahasiswa yang baru lulus harus mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat uji kompetensi sebagai syarat untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) sebagai tenaga kesehatan baru.

3.     Apakah yang tidak kompeten setelah mengikuti uji kompetensi lebih dari 5 kali akan mendapatkan pemutihan?

Sampai saat ini tidak ada program pemutihan bagi mahasiswa yang belum kompeten, walaupun sudah beberapa kali mengikuti uji kompetensi.

4.     Apakah ada batasan untuk mengikuti uji kompetensi?

Tidak ada, selama masih ingin menjadi tenaga kesehatan dan bekerja di instansi kesehatan, maka yang bersangkutan bisa mengikuti uji kompetensi.

5.     Apakah tidak ada kebijakan lain, bagi perawat yang hampir pensiun?

Tidak ada, mengikuti uji kompetensi merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan status kompeten. Pensiun atau purna tugas bukan berarti yang bersangkutan berhenti dari profesinya, dengan memiliki STR maka seseorang masih dapat bekerja di tatanan kesehatan lainnya.



6.     Apakah uji kompetensi bisa diganti dengan ujian lain?

Untuk mahasiswa mulai tahun 2013, uji kompetensi hanya dilakukan dengan mengikuti uji kompetensi seperti saat ini. Uji kompetensi saat ini hanya dilakukan melalui dua cara yaitu Paper Base Test (PBT) dan Computer Base Test (CBT). Kedepan pemerintah sudah merencanakan untuk menambah jenis ujian dengan dimasukannya Objective Structure Clinical Examination (OSCE) atau ujian praktek.

7.     Apakah ada kisi-kisi soal uji kompetensi?

Ada, yaitu blueprint uji kompetensi. Blueprint digunakan dalam membuat paket soal yang akan diujikan, membuat soal dari sejak tingkat perguruan tinggi, panduan mahasiswa dalam menentukan strategi dan materi belajar untuk menghadapi uji kompetensi (lampiran).

8.     Apakah dibolehkan tidak mengikuti briefing?

Briefing merupakan kewajiban yang harus diikuti peserta yang akan try out maupun yang akan melaksanakan uji kompetensi. Brifieng tidak hanya untuk perserta tetepi juga bagi komponen ujian lainnya seperti pengawas lokal, koordinator cbt, petugas teknologi informasi. Peserta yang tidka mengikuti briefing tidak diperkenankan mengikuti uji kompetensi.

9.        Apakah bisa pindah tempat uji kompetensi?

Bisa, proses kepindahan dapat dilakukan dengan mengajukan tempat uji kompetensi oleh kampus kepada panitia uji kompetensi, setelah pendaftaran uji kompetensi dibuka. Alasan kepindahan biasanya karena tempat uji kompetensi terlalu jauh dari tempat tinggal sekarang. Misalnya mahasiswa yang kuliah di Pulau Jawa yang berasal dari luar jawa dapat mengajukan perpindahan tempat ujian. Dengan syarat, tempat yang dituju tidak penuh.


Bisa, kompeten atau tidak tergantung dari usaha yang bersangkutan dalam mempersiapkan uji kompetensi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang yang pernah uji kompetensi dan gagal, tingkat kelulusannya hanya 5 – 16%. Sementara orang yang tidak kompeten saat di try out, tingkat kelulusannya hanya 10%. Akan tetapi dengan belajar benar tingkat kelulusan ini dapat ditingkatkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 105 mahasiswa yang mengikuti survey, ini gambaran pada uji kompetensi yang keberapa mereka kompeten. Gambar 1 dibawah ini menunjukan bahwa yang lebih banyak kompeten adalah orang yang pernah mengikuti uji kompetensi lebih dari 2 kali. Dengan kata lain, mahasiswa yang mau belajar, tidak peduli berapa kali sebelumnya mengikuti uji kompetensi, mereka bisa kompeten.

Monday 26 February 2018

Strategi belajar yang salah bisa membuat tidak kompeten




x
Kegagalan dalam uji kompetensi bukan karena yang bersangkutan yang tidak belajar, akan tetapi karerena mereka belajar yang salah. Beberapa strategi belajar yang salah diantaranya:
a.    Terlalu menekankan kepada tanya jawab atau membahas soal-soal, sementara pemahaman terhadap materi sangat kurang. Jika terpaksa anda harus belajar dengan cara tanya jawab, lakukanlah! Itu lebih baik daripada anda tidak belajar sama sekali. Tapi, ingat buat catatan dari tanya jawab tersebut, terutama hal-hal yang belum anda mengerti, kemudian cari sumber bacaan dari masalah yang sedang dihadapi tersebut.
b.    Tidak memiliki dasar pemahaman yang kuat, tetapi memilih untuk diskusi yang akhirnya diskusi melenceng.
c.     Diskusi yang tidak didasarkan kepada kemampuan sendiri akan menyebabkan nilai anda tidak pernah naik, gunakan diskusi untuk meningkatkan pemahaman. Gampangnya tanya pada orang lain apa yang anda tidak mengerti atau tidak faham, tidak usah mendiskusikan sesuatu yang sudah anda mengerti, kecuali anda diminta untuk menjelaskan pemahaman anda tentang sebuah permasalahan.
d.    Membahas soal soal yang tidak terstandarisasi uji kompetensi, misalnya menggunakan buku soal yang mengacu kepada ujian perawat luar negeri. Banyak buku yang menjelaskan dan memaparkan soal-soal uji kompetensi, akan tetapi tidak semua buku menganut kepada kaidah penulisan soal yang sudah di berikan oleh panitia uji kompetensi nasional. Hati-hati dalam menggunakan sumber, lebih baik anda minta kepada dosen contoh-contoh soal yang sudah di review atau tanya orang yang pakar di bidang itu.
e.    Tidak memiliki catatan yang baik merupakan kendala dalam belajar, sehingga tidak bisa mengetahui apa yang sudah dipelajari dan apa yang belum dipelajari. Buatlah catatan seringkas mungkin dengan metode yang telah teruji dapat meningkatkan pemahaman dalam belajar. Penulis menganjurkan anda untuk menggunakan mind mapping dari Tonny Buzzan.

Terlalu tergesa-gesa menyebabkan kerugian



x
Sifat yang terlalu tergesa-gesa dapat menyebabkan seseorang tidak cermat dalam memilih jawaban. Pengalaman mahasiswa menunjukan bahwa ketergesaan ini dapat menyebabkan pengamatan terhadap data menjadi tidak cermat. Ketergesaan ini juga disebabkan mahasiswa pernah mendapatkan soal yang mirip sebelumnya dalam latihan, akan tetapi perlu diingat, kemungkinan penambahan data yang dilakukan pembuat soal bisa saja terjadi sehingga kecermatan dalam menjawab perlu dilakukan. Bagaimana cara menghindarinya? Terdapat beberapa tindakan untuk menghindari ketergesaan kita, yaitu:
a.    Focus kepada soal yang sedang dihadapi
b.    Ingat sebuah soal didesain untuk dikerjakan dalam waktu 1 menit.
c.     Baca pertanyaan yang diminta oleh soal, kemudian baca kasusnya. Mengapa harus membaca pertanyaannya terlebih dahulu? Supaya tidak 2 (dua) kali membaca kasus. Misalnya, pada saat pertanyaan meminta apa yang dilakukan pada saat pengkajian, mau tidak mau kita harus membaca dengan teliti apa yang sudah dilakukan dana apa yang belum dilakukan.
d.    Tentukan masalahnya apa dari setiap kasus. Sebuah soal kadang bertanya tentang apakah evaluasi keperawatan yang harus dilakukan, padahal tidak disebutkan masalah utama yang ada pada soal tersebut. Jika anda tidak mengetahui masalah yang utama (prioritas) maka anda akan salah dalam menjawab. Sangat penting memahami apa masalah apa yang ada dalam kasus tersebut. 
e.    Jangan membuat interpretasi pada sebuah soal, gunakan saja data yang ada di soal tersebut. Kesalahan terbesar dalam menjawab soal uji kompetensi adalah membuat interpretasi, atau menambahkan data berdasarkan pengetahuan sendiri, padahal untuk menjawab pertanyaan penulis soal telah memberikan data yang cukup, tidak perlu penambahan data yang lainnya. Soal yang datanya kurang akan gugur dengan sendirinya pada saat soal itu di review atau soal itu diuji cobakan (try out).
f.      Jawablah sesuai dengan pertanyaan, Menjawab sesuai pertanyaan yang diminta, jawaban yang benar hanya ada satu dan yang lainnya merupakan distraktor atau pengecoh. Hati-hati dalam menjawab, tapi jangan pernah meninggalkan atau tidak memberikan jawaban. Semua soal harus dijawab, tidak boleh ditinggalkan kosong begitu saja, karena dengan mengisi berarti memiliki peluang sebanyak 20% untuk benar dibandingkan dengan tidak diberikan jawaban.

Sunday 25 February 2018

Penyebab Kegagalan di Ukom


Berlatih dengan sumber yang kurang tepat
Dalam menjawab soal uji kompetensi mahasiswa perlu latihan mengenal soal-soal yang baik yaitu yang memiliki standar yang sama dengan soal yang akan mereka hadapi di uji kompetensi nanti. Akan tetapi pada kenyataanya tidak semua mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk berlatih dengan soal seperti itu. Mereka banyak berlatih menggunakan sumber yang kurang tepat. Apa yang dimaksud dengan sumber kurang tepat? Yang dimaksud dengan sumber yang kurang tepat adalah belajar dengan menggunakan soal-soal yang belum direview atau   menggunakan buku yang tidak menggunakan standar penulisan yang telah ditentukan. Mahasiswa dapat mendapatkan soal yang sudah direview dari dosen yang mengikuti kegiatan review di regional. Karena biasanya diregional suka diadakan kegiatan untuk mereview soal, dan soal itu diberikan kepada dosen-dosen yang mengikuti kegiatan review tersebut.

Sombong
Mengecilkan atau memandang remeh uji kompetensi merupakan tindakan yang sombong. Contoh; datang dengan menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan standar uji kompetensi, dan hasilnya disuruh pulang oleh pengawas.

Kurang Percaya Diri
Kita kadang mendapatkan kenyataan, mahasiswa A terkenal pintar di kampusnya, IPK nya tinggi, akan tetapi tidak lulus saat uji kompetensi. Salah satu penyebabnya adalah kurang percaya diri, mudah gugup. Apalagi tempat uji kompetensinya tidak dikampus sendiri. Yang diperlukan untuk menghadapi uji kompetensi bukan hanya kemampuan keilmuan akan tetapi lebih banyak kepada kemampuan mengelola stress yang dihadapi.

Tidak mengetahui cara membaca soal
Soal dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memisahkan mana yang kompeten mana yang tidak kompeten. Soal uji kompetensi memiliki ketentuan dalam penulisan, jumlah kata, data utama vs data distraktor. Kesemua ini merupakan kesengajaan.

Terlalu tergesa-gesa
Sifat yang terlalu tergesa-gesa dapat menyebabkan seseorang tidak cermat dalam memilih jawaban. Bagaimana cara menghindarinya? Terdapat beberapa tindakan untuk menghindari ketergesaan kita, yaitu:
a.    Focus kepada soal yang sedang dihadapi
b.    Ingat sebuah soal didesain untuk dikerjakan dalam waktu 1 menit.
c.     Baca dengan teliti pertanyaannya baru kemudian kasusnya
d.    Baca pertanyaan yang diminta oleh soal, kemudian baca kasusnya. Mengapa harus membaca pertanyaannya terlebih dahulu? Supaya tidak 2 (dua) kali membaca kasus. Misalnya, pada saat pertanyaan meminta apa yang dilakukan pada saat pengkajian, mau tidak mau kita harus membaca dengan teliti apa yang sudah dilakukan dana apa yang belum dilakukan.
e.    Tentukan masalahnya apa dari setiap kasus. Sebuah soal kadang bertanya tentang apakah evaluasi keperawatan yang harus dilakukan, padahal tidak disebutkan masalah utama yang ada pada soal tersebut. Jika anda tidak mengetahui masalah yang utama (prioritas) maka anda akan salah dalam menjawab. Sangat penting memahami apa masalah apa yang ada dalam kasus tersebut. 
f.      Jangan membuat interpretasi pada sebuah soal, gunakan saja data yang ada di soal tersebut. Kesalahan terbesar dalam menjawab soal uji kompetensi adalah membuat interpretasi, atau menambahkan data berdasarkan pengetahuan sendiri, padahal untuk menjawab pertanyaan penulis soal telah memberikan data yang cukup, tidak perlu penambahan data yang lainnya. Soal yang datanya kurang akan gugur dengan sendirinya pada saat soal itu di review atau soal itu diuji cobakan (try out).
g.    Jawablah sesuai dengan pertanyaan, Menjawab sesuai pertanyaan yang diminta, jawaban yang benar hanya ada satu dan yang lainnya merupakan distraktor atau pengecoh. Hati-hati dalam menjawab, tapi jangan pernah meninggalkan atau tidak memberikan jawaban. Semua soal harus dijawab, tidak boleh ditinggalkan kosong begitu saja, karena dengan mengisi berarti memiliki peluang sebanyak 20% untuk benar dibandingkan dengan tidak diberikan jawaban.

Panik
Fokus perhatian orang yang panik biasanya menyempit, orang tersebut akan sangat fokus kepada hal yang kecil. Panik juga akan menghilangkan kemampuan menilai seseorang, sehingga yang seharusnya bisa menjadi tidak bisa. Bagaimana jika ada masalah? Tarik napas, acungkan tangan. Pasti petugas yang sedang bekerja akan membantu kesulitan anda, tentunya bukan kesulitan dalam mengisi soal. Mereka akan membantu apabila ada masalah tehnis misalnya, komputer mati, password tidak sesuai termasuk juga jika anda tidak bisa mengoperasikan komputer.

x

Uji Kompetensi Bagi Mahasiswa

Uji Kompetensi merupakan tahapan akhir bagi seorang perawat dari D3 maupun Ners untuk mendapatkan kualifikasi kompeten. Uji kompetensi ini yang selanjutnya di sebut dengan uji kompetensi, merupakan momok yang sangat menakutkan bagi setiap orang yang akan menghadapinya terutama bagi mahasiswa yang tidak memiliki persiapan. Pada tahun 2017 sebanyak 7 ribuan saja yang kompeten dari 21 ribuan yang mendaftar pada uji kompetensi terakhir.
Uji Kompetensi merupakan tahapan akhir bagi seorang perawat dari D3 maupun Ners untuk mendapatkan kualifikasi kompeten. Uji kompetensi ini yang selanjutnya di sebut dengan uji kompetensi, merupakan momok yang sangat menakutkan bagi setiap orang yang akan menghadapinya terutama bagi mahasiswa yang tidak memiliki persiapan. Pada tahun 2017 sebanyak 7 ribuan saja yang kompeten dari 21 ribuan yang mendaftar pada uji kompetensi terakhir.
Pada tahun 2017 sebanyak 7 ribuan saja yang kompeten dari 21 ribuan yang mendaftar pada uji kompetensi terakhir.

Apakah benar banyak mahasiswa tidak memiliki persiapan saat mau ujian? Secara kasar sebagian besar mahasiswa tidak memiliki persiapan. Akan tetapi jika ditelisik lebih dalam sesungguhnya mereka sudah melakukan persiapan. Persiapan yang dilakukan berupa belajar selama 3 tahun untuk D3 dan 4-5 tahun untuk Ners. Jika mahasiswa selama itu untuk mempersiapkan uji kompetensi, tetapi mengapa banyak mahasiswa yang gagal dalam uji kompetensi?

Tentu sangat menarik jika kita mencari tahu mengapa banyak sekali yang tidak kompeten, dan pertanyaan yang harus kita jawab bersama adalah apakah kualitas pembelajaran atau perkuliahan diseluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia sama?
Bagi pendidikan tinggi yang sudah hebat dan memiliki akreditasi yang ungul, uji kompetensi tidak jadi persoalan, karena sudah memiliki kualitas perkuliahan akademik maupun praktek yang sangat baik. Sehingga tidak jarang mahasiswa mereka lulus 100%. Kebalikannya bagi pendidikan yang tidak memiliki qualifikasi sebaik pendidikan tinggi yang besar, uji kompetensi merupakan monster yang menakutkan, sehingga ada perguruan tinggi yang kelulusannya 0%.
Terdapat hubungan antara akreditasi perguruan tinggi dengan tingkat kelulusan mahasiswa di uji kompetensi, Rata-rata kelulusan institusi dengan dengan akreditasi A adalah 85%, akreditasi B rata-rata kelulusannya 65% dan institusi dengan akreditasi C rata-rata kelulusannya 45% (Masfuri, 2017). 
Tingkat kelulusan uji kompetensi sangat berpengaruh terhadap nilai akreditasi sebuah perguruan tinggi. Tingkat kelulusan ini menjadi bagian dari penilaian sebuah perguruan tinggi. Tingkat kelulusan lebih dapat menggambarkan bagaimana kualitas pembelajaran di banding akreditasi, selain itu juga dapat motret kualitas proses akademik yang berlangsung.
Tentu bukan tindakan bijaksana saling menyalahkan dan saling menyalahkan atas kegagalan di mahasiswa yang mengikuti uji kompetensi. Dibawah ini terdapat beberapa penyebab mengapa mahasiswa gagal dalam uji kompetensi


Nasib
Jika membicarakan sebuah kejadian dan dikaitkan dnegan nasib maka kita sudah tidak bisa ngomong apa-apa lagi. Dalam beberapa kejadian yang ada di uji kompetensi, nasib ikut menentukan peran. Sebagai contoh kasus yang menimpa mahasiwa saya, mahasiswa tersebut sangat rajin pada saat kegiatan akademik dan profesi. Dia mengejakan soal dengan baik. Akan tetapi diakhir ujian semua hasil pekerjaan dia tidak ada satupun yang tersimpan di sistem. Apa yang terjadi kemudian adalah mahasiswa tersebut ujian ulang. Hasilnya sudah bisa dibayangkan, stress, cape, tidak focus. Mahasiswa itu gagal. Apakah hanya dia yang gagal saving? Ya, mahasiswa lain yang satu sesi dengan dia, tidak ada masalah dengan sistem. Disinilah perlunya berdo’a, kita tidak pernah tahu apa yang akan kita hadapi

Kurang persiapan
Yang dimaksud dengan kurang persiapan adalah mahasiswa belum memiliki kesiapan mental dan keilmuan. Mahasiswa yang pintar belum tentu lulus secara otomatis, jika yang bersangkutan secara mental tidak siap untuk mengerjakan soal selama 3 (tiga) jam.
Persiapan mental mutlak diperlukan, apalagi mahasiswa yang pernah mengalami kegagalan di uji kompetensi sebelumnya. Tekanan mental yang dihadapi mereka jauh lebih kuat dibanding dengan yang baru pertama kali mengikuti uji kompetensi. Mahasiswa retaker atau mahasiswa yang pada ujian pertama (first taker) belum kompeten, mereka mengalami kecemasan dan risiko untuk gagal lebih tinggi dibanding dengan first takers. Mahasiswa retakers sudah hanya memiliki kesempatan untuk kompeten sebesar 5 – 16% dan secara nasional untuk first taker hanya kompeten sebanyak 40% an. 
Mahasiswa retaker harus diberikan kesempatan memperbaiki dirinya terlebih dahulu, karena yang bersangkutan memiliki kemungkinan tidak kompeten lebih tinggi. Jika mungkin sertakan lagi retaker untuk mengikuti try out, sehingga dapat diketahui bagaimana sebenarnya kekuatan dan kelemahan mereka. Setelah diketahui, barulah melakukan persiapan atau tindakan untuk menanggulangi masalah kemampuan mereka.
Retakers tidak bisa diberikan intervensi secara general, mereka harus diberikan tindakan secara individu. Setiap retaker memiliki kekurangan yang berbeda beda dalam penguasaan materi uji komptensi. Pendekatan pengkayaan sebelum uji kompetensi secara bersamaan bisa dilakukan hanya untuk penjelasan umum dari materi uji kompetensi. Akan tetapi apabila sudah masuk kepada materi per mata kuliah, peserta retaker dan mahasiswa yang sudah mengikuti try out harus diberikan perbaikan atau pengkayaan pada materi-materi tertentu saja, yaitu pada materi yang paling dinggi soalnya dan materi yang paling tidak dimengerti soal-soalnya. Untuk materi yang sudah dikuasai, biarkan mereka membuat catatan secara mandiri atau merupakan pilihan.
Filosofi tukang tambal ban dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan di retakers dan atau di fisrt takers, periksa dulu keseluruhan baru tentukan masalahnya dimana. Seorang tambal ban akan memeriksa semua bagian ban, baru kemudian menambal yang bolong. Dengan filosofi tersebut, mahasiswa retakers disuruh mengkaji semua kemampuan melalui try out, baru kemudian diberikan penguatan di tempat yang masih lemah.
Selain kemampuan penguasaan materi yang harus diperhatikan, kemampuan menjaga kecemasan atau mengatasi masalah juga harus diketahui. Kecepatan menerima dan memahami kekurangan diri, merupakan cara terbaik untuk seseorang saat jatuh. Sama halnya orang yang gagal di uji kompetensi, mereka yang memiliki jiwa pantang menyerah, akan gigih memperjuangkan cita cita mereka.

Etika dalam Keperawatan

Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, ...